Pakar Sebut 2 Hal yang Hambat Aplikasi Lokal Indonesia Berkembang


Pakar Informasi dan Teknologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Budi Rahardjo menyebut perkembangan aplikasi anak bangsa terhambat modal dan model. Sebelumnya, Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan menyebut aplikasi anak bangsa mampu gantikan aplikasi global. Video berisi pernyataannya ini viral di jagat maya.

Pernyataan Semuel tersebut terkait aturan pendaftaran Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Lingkup Privat Kominfo yang mewajibkan platform teknologi mendaftar ke Kominfo selambat-lambatnya pada 20 Juli. Jika tidak, mereka terancam sanksi pemblokiran.

"Dan saya tidak takut, karena apa? Begitu mereka enggak ada, banyak juga anak bangsa yang bisa membangunnya kok," kata Semuel saat konferensi pers di kantor Kominfo, Jakarta, Selasa (19/7). "Bukan hal yang susah kok," imbuhnya.

Semuel tengah menjelaskan bagaimana jika platform asing populer tidak mendaftar dan akhirnya diblokir Kominfo, padahal aplikasi-aplikasi tersebut adalah tempat bergantung orang banyak. Budi mengiyakan pernyataan Semuel soal adanya aplikasi anak bangsa yang serupa dengan aplikasi populer seraya memberikan contoh.

"Apakah ada aplikasi-aplikasi buatan indonesia yang memiliki fungsi seperti aplikasi-aplikasi tersebut? jawabannya adalah ada," katanya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (20/7).

"Contoh: email. Ketika awal-awal email yahoomail, di indonesia juga sudah ada layanan email gratisan seperti misalnya plasa.com, telkom.net," lanjutnya.

Namun selain masalah aplikasinya ada atau tidak, ada beberapa hal yang perlu menjadi sorotan dalam kehadiran aplikasi, seperti reliability, layanan, model bisnis yang mampu membuat aplikasi ini bertahan lama, hingga hal dasar seperti modal. "Apakah mampu membuat aplikasi yang reliable? Secara teknis, ya. Tinggal masalahnya adalah model bisnis yang membuat layanan tersebut bertahan lama," tutur Budi. "Ini terkait dengan ketersediaan modal ventura, dll," lanjutnya. Menurut Budi, platform seperti Gmail yang memberikan layanan surat elektronik gratis, tetapi memerlukan biaya operasional yang besar membutuhkan model bisnis yang tepat untuk menopang keberlangsungan platform.

"Masalahnya itu ya, udah biaya operasionalnya mahal, harganya murah atau gratis. Nah itu kita tidak punya model bisnis yang berhasil," tuturnya dalam penjelasan lanjutan di kanal YouTube pribadinya.


Mungkin anda suka